Download peta pdf palembang






















Apotek didatangi secara acak. Lokasinya di Jalan MP Mangkunegara. Dua apotek. Berita Pariwisata indeks. Rabu - 05 Oktober Selasa - 02 Oktober Kamis - 15 September Rabu - 01 September Kamis - 10 Juni Rabu - 05 Mei Berita Ketenagakerjaan indeks. Senin - 09 Agustus Rabu - 09 Juni Senin - 12 April Selasa - 30 Maret Rabu - 03 Maret Berita Perdagangan indeks. Senin - 13 September Diperlukan data seismik yang lebih baik untuk target dalam dan diperlukan sumur-sumur dalam untuk menembus target-target Paleogen.

Selain data seismik, rembesan minyak dipermukaan juga menjadi data yang sangat berharga apabila bisa diplot di peta geologi permukaan yang cukup detail, lalu dilihat penampang geologinya. Nanti akan diketahui dari batuan mana rembesan itu berasal. Yang tak kalah penting adalah melakukan serangkaian analisis geokimia kepada rembesan minyak itu, hal ini akan memberi tahu kita sifat batuan induk yang telah menggenerasikan minyak tersebut.

Konfigurasi cekungan pada daerah Sumatra berhubungan langsung dengan kehadiran dari subduksi yang menyebabkan non-volcanic di busur depan dan volcano-plutonik di busur belakang.

Busur luar sunda, berada sepanjang batas cekungan busur depan Sunda dan yang memisahkan dari lereng trench. Cekungan busur depan Sunda, terbentang antara akresi non-vulkanik punggungan busur luar dengan bagian di bawah permukaan dan volkanikbusur belakang Sumatra.

Busur tengah Sumatra, dipisahkan oleh pengangkatan berikutnya dan erosi dari daerah pengendapan terdahulu sehingga memiliki litologi yang mirip padabusur depan dan busur belakng basin.

Busur depan Basin adalah depresi dasar laut yang terletak antara zona subduksi dan terkait dengan busur vulkanik. Sedimentasi yang terbentuk merupakan endapan material kerak samudra yang terendapkan di tepi-tepi pulau disampingnya.

Sedangkan, Back-arc basin menggambarkan gerakan mundur dari zona subduksi terhadap gerakan lempeng yang sedang menumbuk. Sebagai zona subduksi dan parit yang ditarik ke belakang, penipisan kerak yang terbentuk dalam cekungan pada belakang busur. Sedimentasi sangat asimetris, dengan sebagian besar sedimen dipasok dari busur magmatik aktif yang regresi sejalan dengan rollback parit.

Geologi Regional Cekungan Sumatera Tengah Cekungan Sumatra tengah merupakan cekungan sedimentasi tersier penghasil hidrokarbon terbesar di Indonesia.

Ditinjau dari posisi tektoniknya, Cekungan Sumatra tengah merupakan cekungan belakang busur. Faktor pengontrol utama struktur geologi regional di cekungan Sumatra tengah adalah adanya Sesar Sumatra yang terbentuk pada zaman kapur. Struktur geologi daerah cekungan Sumatra tengah memiliki pola yang hampir sama dengan cekungan Sumatra Selatan, dimana pola struktur utama yang berkembang berupa struktur Barat laut- Tenggara dan Utara-Selatan. Walaupun demikian, struktur berarah Utara-Selatan jauh lebih dominan dibandingkan struktur Barat laut—Tenggara.

Kedua set sesar tersebut berulang kali diaktifkan kembali sepanjang Tersier oleh gaya-gaya yang bekerja. Batas lempeng ditandai oleh adanya zona subduksi di Sumatra-Jawa.

Struktur-struktur di Sumatra membentuk sudut yang besar terhadap vektor konvergen, maka terbentuklah dextral wrench fault yang meluas ke arah barat laut sepanjang busur vulkanik Sumatra yang berasosiasi dengan zona subduksi. Perkembangan cekungan tertier sumatera tengah Perkembangan tektonik di Cekungan Sumatra Tengah dibagi menjadi 4 episode tektonik, yaitu: 1 Pra Tertier, 2 berlangsung pada Eosen-Oligosen, 3 berlangsung pada Miosen Awal-Miosen Tengah, 4 berlangsung pada Miosen Tengah-Resen.

Orientasi struktur pada batuan dasar memberikan efek pada lapisan sedimen Tersier yang menumpang di atasnya dan kemudian mengontrol arah tarikan dan pengaktifan ulang yang terjadi kemudian.

Pola struktur tersebut disebut debagai elemen struktur pra tertier. Ada 2 dua struktur utama pada batuan dasar. Tinggian-tinggian tersebut menjadi batas yang penting pada pengendapan sedimen selanjutnya.

Pada zaman ini, terjadi deformasi akibat Rifting dengan arah Strike timur laut, diikuti oleh reaktifisasi struktur-struktur tua. Akibat tumbukan Lempeng Samudera Hindia terhadap Lempeng Benua Asia maka terbentuklah suatu sistem rekahan Transtensional yang memanjang ke arah selatan dari Cina bagian selatan ke Thailand dan ke Malaysia hingga Sumatra dan Kalimantan Selatan. Horst-Graben ini kemudian menjadi danau tempat diendapkannya sedimen- sedimen Kelompok Pematang. Pada akhir eosen-oligosen terjadi peralihan dari perekahan menjadi penurunan cekungan ditandai oleh pembalikan struktur yang lemah, denudasi dan pembentukan daratan Peneplain.

Hasil dari erosi tersebut berupa paleosol yang diendapkan di atas Formasi Upper Red Bed. Struktur yang terbentuk berarah relatif barat laut-tenggara. Pada masa ini, Cekungan Sumatra Tengah mengalami transgresi dan mengendapkan batuan reservoar utama dari kelompok Sihapas, tektonik Sumatra relatif tenang. Sedimen klastik diendapkan, terutama bersumber dari daratan Sunda dan dari arah Timur laut meliputi Semenanjung Malaya.

Proses akumulasi sedimen dari arah timur laut Pulau Sumatra menuju cekungan, diakomodir oleh adanya struktur-struktur berarah Utara-Selatan. Miosen Tengah-Resen. Pada masa ini, terjadi pembalikan struktur akibat gaya kompresi menghasilkan reverse dan Thrust Fault di sepanjang jalur Wrench Fault yang terbentuk sebelumnya. Proses kompresi ini terjadi bersamaan dengan pembentukan Dextral Wrench Fault di sepanjang Bukit Barisan.

Struktur yang terbentuk umumnya berarah barat laut-tenggara. Pada Cekungan Sumatra Tengah mengalami regresi dan sedimen-sedimen- sedimen Formasi Petani diendapkan, diikuti pengendapan sedimen-sedimen Formasi Minas secara tidak selaras. Geologi Regional Kerangka tektonik regional Indonesia bagian barat terdiri dari paparan sunda yang stabil, jalur geosinklin yang terdiri dari busur dalam vulkanic dan busur luar non vulkanic.

Busur dalam vulkanis memanjang dari Sumatera bagian barat sampai Pulau Jawa bagian tengah. Cekungan Sumatera Selatan termasuk pada daerah Indonesia bagian barat, merupakan salah satu cekungan sedimen tersier yang berada pada zona antara Paparan Sunda dan busur dalam vulkanik gambar III. Gambar III. Cekungan ini pola pengembangan tektoniknya sangat dipengaruhi oleh sesar-sesar mendatar mengkanan Sumatera Sesar Semangko yang terjadi akibat konvergen antara lempeng samudra Hindia-Australia dan lempeng Mikrosunda yang serong Davies P.

Struktur tektonik Indonesia bagian barat dipengaruhi benturan lempeng Benua Asia dengan lempeng kerak Samudra Hindia — Australia. Eubank dan Makki, dikutip dari Setyo Nulyo K, berpendapat bahwa cekungan-cekungan di Sumatera terjadi akibat dari benturan antara kedua lempeng tersebut, dimana lepas pantai Sumatera Barat merupakan zona penekukan yang masih aktif gambar III. Perkembangan dari pergerakan lempeng-lempeng tersebut membentuk komplek sesar yang mengakibatkan sobekan-sobekan pada kerak bumi sehingga membentuk depresi lokal dikenal sebagai Pull Apart, sedangkan disekitarnya terjadi tinggian-tinggian lokal Davies, ; Sukendar Asikin, Depresi dan tinggian inilah yang membentuk konfigurasi batuan dasar dimana merupakan tempat terakumulasinya endapan Tersier.

Pada masa Tersier terjadi gaya tension sehingga sesar-sesar yang sudah terbentuk aktif kembali membentuk sesar tumbuh. Pada masa Pliosen — Plistosen terjadi gaya kompresi yang membentuk lipatan dengan arah baratlaut — tenggara dan mengakibatkan kembali sesar-sesar geser dan sesar-sesar normal gambar III. Stratigrafi Regional Stratigrafi daerah Cekungan Sumatera Selatan telah banyak dibahas oleh para ahli geologi terdahulu, khususnya yang bekerja dilingkungan perminyakan. Pada awalnya pembahasan dititik beratkan pada sedimen Tersier, umumnya tidak pernah diterbitkan dan hanya berlaku di lingkungan sendiri.

Peneliti terdahulu telah menyusun urutan-urutan stratigrafi umum Cekungan Sumatera Selatan, antara lain : Van Bemmelen , Musper , Marks , Spruyt , Pulunggono , De Coster 2 , Pertamina Berdasarkan peneliti-peneliti terdahulu, maka Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok batuan Pra-Tersier, kelompok batuan Tersier serta kelompok batuan Kuarter.

Batuan ini diketemukan sebagai batuan beku, batuan metamorf dan batuan sedimen De Coster, Westerveld , membagi batuan berumur Paleozoikum Permokarbon berupa slate dan yang berumur Mesozoikum Yurakapur berupa seri fasies vulkanik dan seri fasies laut dalam. Batuan Pra- Tersier ini diperkirakan telah mengalami perlipatan dan patahan yang intensif pada zaman Kapur Tengah sampai zaman Kapur Akhir dan diintrusi oleh batuan beku sejak orogenesa Mesozoikum Tengah De Coster, Batuan Tersier Berdasarkan penelitian terdahulu urutan sedimentasi Tersier di Cekungan Sumatera Selatan dibagi menjadi dua tahap pengendapan, yaitu tahap genang laut dan tahap susut laut.

Formasi Lahat LAF Menurut Spruyt , Formasi ini terletak secara tidak selaras diatas batuan dasar, yang terdiri atas lapisan-lapisan tipis tuf andesitik yang secara berangsur berubah keatas menjadi batu lempung tufan.

Selain itu breksi andesit berselingan dengan lava andesit, yang terdapat dibagian bawah. Batulempung tufan, segarnya berwarna hijau dan lapuknya berwarna ungu sampai merah keunguan. Menurut De Coster formasi ini terdiri dari tuf, aglomerat, batulempung, batupasir tufan, konglomeratan dan breksi yang berumur Eosen Akhir hingga Oligosen Awal.

Formasi ini diendapkan dalam air tawar daratan. Formasi Talang akar dibeberapa tempat bersentuhan langsung secara tidak selaras dengan batuan Pra Tersier. Pada bagian teratas batupasir ini berubah menjadi batupasir konglomeratan atau breksian. Batupasir berwarna putih sampai coklat keabuan dan mengandung mika, terkadang terdapat selang-seling batulempung coklat dengan batubara, pada anggota ini terdapat sisa- sisa tumbuhan dan batubara, ketebalannya antara 40 — meter.

Sedimen-sedimen ini merupakan endapan fluviatil sampai delta Spruyt, , juga masih menurut Spruyt anggota transisi pada bagian bawahnya terdiri atas selang-seling batupasir kuarsa berukuran halus sampai sedang dan batulempung serta lapisan batubara. Batupasir pada bagian atas berselang-seling dengan batugamping tipis dan batupasir gampingan, napal, batulempung gampingan dan serpih.

Anggota ini mengandung fosil-fosil Molusca,Crustacea, sisa ikan foram besar dan foram kecil, diendapkan pada lingkungan paralis, litoral, delta, sampai tepi laut dangkal dan berangsur menuju laut terbuka kearah cekungan.

Formasi ini berumur Oligosen Akhir hingga Miosen Awal. Ketebalan formasi ini pada bagian selatan cekungan mencapai — meter, sedangkan pada bagian utara cekungan mempunyai ketebalan kurang lebih meter De Coster, Terdiri dari batugamping terumbu dan batupasir gampingan.

Di gunung Gumai tersingkap dari bawah keatas berturut-turut napal tufaan, lapisan batugamping koral, batupasir napalan kelabu putih, batugamping ini mengandung foram besar antara lain Spiroclypes spp, Eulipidina Formosa Schl, Molusca dan lain sebagainya. Ketebalannya antara 19 - meter dan berumur Miosen Awal. Lingkungan Pengendapannya adalah laut dangkal. Formasi Gumai GUF Formasi ini diendapkan setelah Formasi Baturaja dan merupakan hasil pengendapan sedimen- sedimen yang terjadi pada waktu genang laut mencapai puncaknya.

Hubungannya dengan Formasi Baturaja pada tepi cekungan atau daerah dalam cekungan yang dangkal adalah selaras, tetapi pada beberapa tempat di pusat-pusat cekungan atau pada bagian cekungan yang dalam terkadang menjari dengan Formasi Baturaja Pulonggono, Menurut Spruyt Formasi ini terdiri atas napal tufaan berwarna kelabu cerah sampai kelabu gelap. Kadang-kadang terdapat lapisan-lapisan batupasir glaukonit yang keras, tuff, breksi tuff, lempung serpih dan lapisan tipis batugamping.

Endapan sediment pada formasi ini banyak mengandungGlobigerina spp, dan napal yang mengeras. Westerfeld menyebutkan bahwa lapisan-lapisan Telisa adalah seri monoton dari serpih dan napal yan mengandung Globigerina sp dengan selingan tufa juga lapisan pasir glaukonit. Formasi Air Benakat ABF Menurut Spruyt , formasi ini merupakan tahap awal dari siklus pengendapan Kelompok Palembang, yaitu pada saat permulaan dari endapan susut laut.

Formasi ini berumur dari Miosen Akhir hingga Pliosen. Pada formasi ini dijumpaiGlobigerina spp, tetapi banyak mengadung Rotalia spp. Pada bagian atas banyak dijumpai Molusca dan sisa tumbuhan. Di Limau, dalam penyelidikan Spruyt ditemukan serpih lempungan yang berwarna biru sampai coklat kelabu, serpih lempung pasiran dan batupasir tufaan. Selain peta versi lengkap di atas, ada juga peta buta yang menunjukkan batas wilayah 34 provinsi di Indonesia.

Berikut peta buta Indonesia yang dilansir oleh Wikipedia , untuk versi yang telah dilengkap dengan ketrangan provinsi, Anda dapat melihat pada gambar di bagian peta batas provinsi.

Untuk mengunduh peta buta di atas dengan resolusi tinggi, Anda dapat langsung mendownloadnya secara gratis lewat tautan di bawah ini. Riau dengan angka Rp 50 — juta perkapita. Indonesia memiliki 34 tiga puluh empat provinsi yang tersebar di 5 pulau dan 2 kepulauan. Adapun ketujuh pulau dan kepulauan di Indonesia secara umum adalah:. Untuk menguatkan jati diri bangsa Indonesia sebagai negara maritim, tentu pemerintah membutuhkan infrastruktur yang kuat untuk menghubungkan berbagai kepuluan yang ada di Indonesia.

Munculnya ide tol laut merupakan solusi yang ditawarkan pemerintah untuk mewujudkan mimpi tersebut. Gambar di atas merupakan peta kemaritiman yang digagas oleh presiden terpilih Indonesia dengan 4 tujuan besar:.

Selain peta infrastruktur, sebenarnya pemerintah sudah menetapkan pula pemetaan potensi laut berdasarkan jenis sumber daya perikanannya. Berikut peta potensi budidaya perikanan di berbagai lokasi laut maupun wilayah pesisir di Indonesia. Sebagai sebuah negara kepulauan di tengah garis khatulistiwa, Indonesia bukan hanya mendapat keuntungan dari alam namun juga ancaman karena terletak di Ring of Fire.

Oleh karenanya, tidak heran apabila bencana kerap terjadi di berbagai provinsi di Indonesia, mulai dari Sumatera bahkan Sulawesi akhir-akhir ini. Berikut merupakan peta indeks rawan bencana yang dirilis BNPB tahun



0コメント

  • 1000 / 1000